Ad Code

Responsive Advertisement

The Power of Collaborative

Hai guys...
Have you ever heard collaborative before?
⬆ Yes/ ⬇ No?
So, What does collaborative mean?
Collaborative itu guys artinya kolaborasi atau lebih jelasnya berkerja sama. Sering kan kita dengar artis ngomong "Di single terbaru aku ini, aku berkolaborasi ama Rihanna" terus lagunya bakal gimana? ada suara si 'aku' dan si rihanna, bukan? Itu artinya si 'aku' dan Rihanna bekerja sama (berkolaborasi) membuat satu lagu yang indah. Nah, kata kolaborasi itu gak mesti hanya dipakek saat mau membuat lagu lho guys seperti cerita seminar yang aku ikuti berikut ini,cekidot!
Singkat cerita, di hari Sabtu tepatnya 31 September 2017 silam. Aku baru aja ikut berpartisipasi pada  acara yang diadakan oleh FKIP Bahasa Inggris Unsyiah yaitu 1st National Conference on Teacher' Professional Development yang bertema:
"Developing Teachers' Professionalism through Collaborative Learning Community"
Untuk ikut acara ini, aku harus membayar Rp 50.000 sebagai participant (penonton/pengamat). Dengan harga segitu, aku dapat snack pagi + makan siang + santapan sore + sertifikat. Terus apa lagi yang aku dapat? Aku dapat bertemu dan mendengar presentasi dari 2 keynote speakers yang luar biasa yaitu Dr. Anwar. M.Ed, kepala sekolah MOSA dan Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd, head of TEFLIN (The Association for the Teaching of English as a Foreign Language in Indonesia). Dan mengikuti parallel session dari para speakers yang telah mengikut sertakan karya ilmiah mereka di seminar nasional ini.

With head of TEFLIN
😚 Look back on the theme!
Lagi-lagi nih kita bertemu dengan kata-kata 'collaborative'. Selain berkolaborasi dalam menghasilkan lagu, kolaborasi juga bisa dilakukan oleh guru dalam mengajar. Seperti halnya hasil dari sebuah lagu kolaborasi yang terdengar indah, Kolaborasi dalam mengajar pun demikian guys. Kenapa eh kok bisa? Karena dalam kolaborasi kita menggabungkan hasil dari dua atau lebih ide yang nantinya dimusyawarahkan untuk disatukan sehingga jadilah dia ide bersama yang pastinya lebih bagus dari pada ide per-individu. Setiap guru mendapati masalah yang berbeda ketika mereka mengajar dan dari permasalahan itu mereka berpikir untuk menciptakan solusinya (ide) sehingga apa yang dihadapi dan dimiliki oleh guru A belum tentu ada pada guru B. Dengan berkolaborasilah, perbedaan akan masalah dan solusi dari tiap guru dapat saling disuarakan dan disatukan untuk satu tujuan yang baik. Karenanya, pak Prof. Joko dan pak Anwar berpesan bila guru khususnya guru sebidang haruslah selalu duduk berdekatan dan hanya mengisi pertemuan mereka untuk membicarakan permasalahan mengenai mengajar, HANYA MENGAJAR. Bukannya model rok terbaru ataupun hal lainnya yang tidak ada sangkut pautnya dalam tugas mulia mereka yaitu mencerdaskan generasi bangsa. Menarik bukan?
Namun, mendengar pembahasan mengenai berkolaborasi itu tiba-tiba saja aku jadi teringat pada kehidupan realita yang ada. Tak aku pungkiri bahwa kolaborasi itu memang bagus adanya tapi untuk berkolaborasi itu bukanlah hal yang mudah. Manusia itu berbeda-beda, ada dia yang mau berbagi dan mau menerima tapi juga tak sedikit orang yang ego sampai maunya ide dia saja yang direalisasikan bahkan ada lagi tipe orang yang sangat takut orang lain mendapat sesuatu yang seharusnya menurutnya untuk dia saja sehingga akhirnya dia menjadi sangat pelit dan lebih suka bekerja sendiri. Dan aku? aku bahkan tidak tahu aku berada di tipe yang mana.
Ternyata pemikiran aku itu menjadi sebuah pertanyaan oleh seorang guru yang datang jauh dari luar kota yang mengatakan bahwa dia merasa sangat sulit untuk melakukan kolaborasi karena baginya atasannya bukanlah orang yang mau menerima suara dari bawahan serta pula pak prof. Joko mengatakan bahwa banyak sekolah yang sulit melakukan kolaborasi karena hampir dari beberapa sekolah yang ia teliti ternyata terdapat konflik di dalamnya baik itu konflik pribadi pada si guru sendiri atau guru dengan guru atau bahkan guru dan murid.
Nah?Terus piye itu pak? 😩
Simak ini baik-baik guys, baik kamu yang guru ataupun profesi lainnya.
Kita semua butuh uang bukan? maka karena itulah kita bekerja. Apakah bekerja itu menyenangkan? Bagi orang yang telah lama menganggur dan sangat mengharapkan pekerjaan pasti akan menjawab 'Ya, bekerja itu menyenangkan. Give me a job, please!' namun bagi dia yang sudah letih dengan pekerjaannya menjawab 'Tidak, rasanya kalo hidup ini tak perlu uang. Saya lebih baik tidur di rumah saja'. Dan bahkan pertemuan saya dengan beberapa teman, saudara dan kerabat yang telah bekerja selalu diisi dengan cerita keluh-kesah mereka pada pekerjaan yang mereka jalani baik itu 5% atau sampai 75%.
Hal yang bisa saya simpulkan adalah dimana pun kita bekerja pasti ada masalah yang mungkin itu rasanya gak enak dan bikin bete. Semua mungkin karena perasaan jenuh atau bekerja dimana kita saling berkaitan dengan orang lain (kolaborasi) yang belum tentu orang-orangnya tersebut sejalan dengan kita. Jadi untuk solusinya adalah:
1. Lupakan Masalah.
Seperti yang disampaikan pak Anwar, kita boleh sesekali liat spion tapi jangan kelamaan. Nanti kita ketabrak/jatuh ke jurang. Terkadang ada tanpa sengaja orang di tempat kita bekerja mengatakan sesuatu yang menyinggung perasaan kita di saat kita lagi sensi-sensinya. Untuk hal itu, lupakanlah saja. Jangan sampai dendam kamu itu justru merusak mood kamu untuk bekerja dan bahkan menghambat kamu untuk berkolaborasi dengan dia. Mungkin aja kan orang yang kata-katanya bikin nyesek ini justru bisa menjadi tim kolaborasi yang hebat buat kamu. Lagi pula, punya tempat kerja dimana kita saling adem ayem aja ama rekan-rekan kerja kan juga bakal membuat kita nyaman terus buat kerja, bukan?
2. Hormati Atasan
Sering banget orang males serius-serius kali bekerja karena atasannya yang menyebalkan yang menurut orang tersebut banyak minesnya sebagai atasan. Hayo...emangnya kalo kamu atasannya bisa lebih baik dari dia?atau mungkin lebih buruk? Atasan bukanlah selalu menjadi sosok yang paling sempurna di antara para bawahannya. Mungkin saja kamu justru lebih baik darinya bila memimpin. Hanya saja kesempatan sebagai atasan bukanlah milikmu tapi milik bos kamu dan kenapa bos kamu bisa jadi atasan. Itu pasti karena ada hal yang lebih pada dirinya yang mungkin ga ada di kamu.  Just do your role well! Seperti halnya drama, jalankanlah peran kamu sebaik-baiknya, jadilah actor yang menjiwai sangat perannya. Hari ini kamu menjadi bawahan, hormatilah dia sebagaimana atasan harus diperlakukan dan belajarlah dari kekurangannya saat memimpin dan hilangkanlah kekurangan itu saat kamu nanti memimpin. Sama halnya seperti pesan dari pak Anwar berikut "ketika kamu jadi kepala sekolah nanti tunjukkanlah sisi teladan yang baik di depan bawahan kamu bila ingin timmu berhasil. Guru tidak akan enak tidak ikut upacara bila kepala sekolahnya saja ikut. So, untuk kalian para guru, kalian suatu hari juga akan menjadi kepala sekolah maka tunjukkanlah pribadi yang baik"

Post a Comment

0 Comments

Close Menu